Kamis, 23 Juli 2015

HAL YG DISESALKAN DIMASA TUA

Tentu kita  sering mendengar pepatah lama yang menyatakan bahwa penyesalan selalu datang di akhir. Dan kita yang menjalani waktu saat ini hanya bisa berusaha melakukan segalanya yang terbaik agar tidak menyesal di masa depan.

Namun sebagus apapun kita berencana dan seberapa keraspun kita berusaha, setiap orang pasti pernah dan akan merasakan kekecewaan.  Apalagi bagi mereka yang menjalani hidup apa adanya tanpa tujuan dan harapan.

Menghadapi kenyataan yang tak seperti yang di harapkan atau karena ketakutan untuk mewujudkan impian. Membuat mereka akhirnya hanya bisa terdiam merenenungi kenyataan dan lalu menyalahkan takdir.

Kita memang tidak bisa melihat masa tua kita seperti apa. Namun kita bisa mengambil pelajaran dari orang orang yang lahir dan memiliki pengalaman lebih dulu dari kita. Dirangkum dari berbagai sumber seperti forum di kaskus.com dan hipwee.com berikut ini adalah 7 hal yang paling banyak di sesalkan di masa depan :

1. Tidak Bisa Menunjukkan Jati Dirinya Yang Sebenarnya

Menjalani hidup dengan tuntutan dan harapan orang lain, mulai dari orang tua hingga lingkungan pekerjaan sepanjang hidupnya. Menjadi baik dan hebat dimata orang lain, meski mereka tidak menyukai apa yang mereka lakukan.

Hingga di akhir masa tuanya ia sadar bahwa apa yang di lakukannya selama ini bukanlah dirinya yang sebenarnya. Mereka menyesal karena  kehilangan kebebasan untuk menjadi diri sendiri.

2. Menjalani Rutinitas Yang Terlalu Padat

Terlalu sibuk bekerja, belajar, dan mengejar target dunia secara berlebihan. Membuat banyak dari mereka yang harus merelakan kehilangan waktu dan momen momen berharga bersama keluarga dan sahabatnya.

Meski pada dasarnya apa yang mereka lakukan itu demi keluarga dan impiannya sendiri. Namun karena pembagian waktu dan perhatian yang tidak seimbang pada akhirnya membuat mereka menyesal karena tidak bisa memperhatikan pertumbuhan anaknya ataupun sahabat dan teman lamanya.

3. Tidak Berani Mengungkapkan Isi Hati

Tak sedikit dari mereka yang memilih untuk diam dan memendam rasa dan isi hatinya. Resiko terjadinya konflik, penolakan, rasa malu dan takut membuat mereka memilih untuk tidak mengungkapkan perasaannya.

Namun tanpa mereka sadari perasaan dan isi hati tersebut akan terus terngiang-ngiang hingga masa tuanya, apalagi jika suatu kejadian buruk terjadi karenanya. Pada akhirnya hal tersebut menjadi sebuah beban penyesalan karena tidak berani mengungkapkannya.

4. Berharap Bisa Lebih Bahagia

Banyak anggapan bahwa kekayaan, kekuasaan, ketenaran dan lain sebagainya adalah sumber kebahagiaan. Sehingga sepanjang hidupnya mereka habiskan untuk mengejar itu semua. Tanpa mereka sadari seiring waktu yang berjalan selaras dengan usaha keras mereka hingga akhirnya mendapatkan hal tersebut mereka tidak kunjung mendapatkan kebahagaiaan.

Mereka akhirnya menyesal dan sadar bahwa kebahagiaan adalah sebuah pilihan yang ditentukan oleh dirinya sendiri. Mereka sadar bahwa ia bisa bahagia bahkan sejak dulu meski tanpa embel embel kekayaan dan lain sebagainya.

5. Terbawa Emosi

Masa muda yang penuh ide gila, semangat yang meluap luap, egoisme memang hampir pasti dilalui semua orang. Namun emosi yang berlebihan dan tidak pada tempatnya malah akan memberikan dampak negatif.

Pencarian jati diri, rasa ingin dihargai dan diterima dalam pergaulan membuat tak sedikit dari mereka yang menghabiskan masa mudanya menuruti ego hingga melakukan tindakan yang negatif. Hingga akhirnya di masa tua mereka hanya bisa menyesali tindakan tindakan tersebut.

6. Tidak Menjaga Kesehatan

Dengan tubuh yang sehat kita bisa menjalani kehidupan dengan baik,melakuakn berbagai kegiatan dan moment moment seru. Namun seringkali nikmat yang satu ini sering tidak kita jaga. Saat kita sehat dan merasa mampu melakukan segalanya, tanpa memilah dan memilih mana yang naik untuk kesehatan dan tidak.

Pada akhirnya seiring bertambah usia, saat kondisi kesehatan mulai menurun saat itulah gejala dan berbagai macam penyakit mulai terasa. Akibat tidak menjaga kesehatan sebelumnya.

8. Melewatkan Banyak Kesempatan

Papatah lama yang mengatakan bahwa kesempatan tidak datang dua kali mungkin ada benarnya juga. Seringkali seseorang melewatkan kesempatan yang datang dan menghilang begitu saja. Dan ketika kesempatan itu hilang dan tidak datang lagi ia hanya bisa menyesal dan berandai kesempatan itu datang lagi.

9. Tidak Berani Membuat Perubahan utk Masa Depan yg Lebih Baik.

Memang kita sering gamang dan takut membuat suatu perubahan. Misalnya ketika kita sudah merasa mapan dan memiliki kemampuan serta pengalaman, kenapa kita tidak berhenti dari kemapanan dan memulai suatu perubahan yg membuat suatu yg lebih asli dg ide kita. Misalnya membuat toko, pabrik makanan dsb sesuai dengan ide yg kita miliki, tidak harus meniru dari org lain.

Bagi kita yg masih punya kesempatan, mari kita bersegera utk mempersiapkan diri dg penuh keyakinan merubah rencana masa depan kita. Semoga. #fs#

Jumat, 10 Juli 2015

KEBAHAGIAAN

Bagaimana kita mencapai kebahagiaan?

Kita mencapai kebahagiaan melalui jasa rahmat Kristus yang membuat kita bisa ambil bagian dalam kehidupan ilahi. Dalam Injil, Kristus menunjukkan kepada para pengikut-Nya, jalan menuju kepada kebahagiaan abadi: Sabda Bahagia. Rahmat Kristus juga bekerja dalam diri setiap orang yang mengikuti suara hatinya yang benar, mencari dan mencintai kebenaran dan kebaikan serta menghindari yang jahat.

Mengapa Sabda Bahagia itu penting bagi kita?

Sabda bahagia merupakan inti pewartaan Yesus. Sabda itu melaksanakan dan memenuhi janji yang dibuat Allah sejak Abraham. Sabda itu melukiskan wajah Yesus dan menjadi ciri hidup Kristen yang autentik, serta menunjukkan tujuan akhir hidup manusia, yaitu kebahagiaan abadi.

Apa hubungan antara Sabda Bahagia dan kerinduan kita akan kebahagiaan?

Sabda Bahagia menjawab kerinduan  akan kebahagiaan yang diletakkan Allah ke dalam hati manusia untuk menarik kita kepada-Nya. Hanya Allah yang dapat memuaskan kerinduan ini.

Apa kebahagiaan abadi itu?

Ialah memandang Allah dalam kehidupan kekal saat kita sepenuhnya ”mengambil bagian dalam kodrat ilahi” (2Ptr 1:4), dalam kemuliaan Kristus dan kegembiraan hidup Tritunggal. Kebahagiaan ini melampaui kemampuan manusia, merupakan anugerah adikodrati dan cuma-cuma dari Allah seperti halnya rahmat yang menuntun ke arahnya. Kebahagiaan yang dijanjikan ini menantang kita untuk membuat pilihan moral yang tegas berkenaan dengan hal-hal duniawi, dan mendorong kita untuk mencintai Allah di atas segala-galanya.
(Sumber: Kopendium Katolik) #fs#

KEBEBASAN HAKIKI DARI ALLAH

Apakah kebebasan itu?

Kebebasan adalah kemampuan yang diberikan Allah untuk bertindak atau tidak bertindak, untuk melakukan ini atau itu, dan dengan demikian melaksanakan tindakan yang sudah dipertimbangkan dan atas tanggung jawab sendiri. Kebebasan merupakan ciri tindakan manusia. Semakin seseorang itu melakukan yang baik, semakin bebaslah dia. Kebebasan mencapai kesempurnaannya jika diarahkan kepada Allah, Kebaikan tertinggi dan Kebahagiaan kita. Kebebasan juga berarti kemungkinan untuk memilih antara yang baik dan yang jahat. Pilihan akan yang jahat merupa-kan penyalahgunaan kebebasan dan akan berujung pada perbudakan dosa.

1. Apa hubungan antara kebebasan dan tanggung jawab?

Kebebasan membuat orang bertanggung jawab terhadap tindakannya sejauh tindakan itu dikehendaki, bahkan walaupun kesalahan  dan tanggung jawab dari suatu tindakan dapat berkurang atau kadang-kadang malah ditiadakan karena ketidaktahuan, kelalaian, paksaan dengan kekerasan, ketakutan, kelekatan yang tidak teratur, atau kebiasaan.

2. Mengapa setiap orang mempunyai hak untuk melaksanakan kebebasannya?

Melaksanakan kebebasan adalah hak setiap orang karena kebebasan itu tidak terpisahkan dari martabatnya sebagai pribadi manusia. Karena itu, hak ini harus selalu dihormati, khususnya yang menyangkut hal-hal moral dan religius, dan kebebasan ini harus diakui dan dilindungi oleh otoritas sipil dalam batas-batas kebaikan umum dan tatanan publik yang adil.

3. Di mana tempat kebebasan manusia dalam rencana keselamatan?

Kebebasan kita menjadi lemah karena dosa asal. Kelemahan ini menjadi lebih berat lagi karena dosa-dosa yang dilakukan sesudahnya. Tetapi, Kristus membebaskan kita ”supaya kita sungguh-sungguh merdeka” (Gal 5:1). Berkat rahmat-Nya, Roh Kudus membimbing kita ke arah kebebasan spiritual untuk menjadikan kita teman sekerja dengan-Nya dalam Gereja dan dunia.

4. Apa sumber-sumber moralitas tindakan manusia?

Moralitas tindakan manusia tergantung dari tiga sumber: objek yang dipilih, apakah berupa kebaikan sejati atau semu, intensi dari subjek yang melakukan tindakan, yaitu tujuan yang dimaksud oleh subjek dalam melaksanakan tindakannya, dan konteks yang berkenaan dengan tindakan itu, termasuk juga kon-sekuensinya.

5. Kapan suatu tindakan itu baik secara moral?

Suatu tindakan itu baik secara moral jika mencakup sekaligus kebaikan dari objek, tujuan, dan konteksnya. Objek yang dipilih dapat menyebabkan tindakan itu buruk seluruhnya (secara moral), bahkan walaupun intensinya baik. Tidaklah bisa dibenarkan melakukan suatu kejahatan agar kebaikan dapat muncul darinya. Tujuan yang jahat merusak tindakan, bahkan walaupun objeknya itu baik pada dirinya sendiri. Di lain pihak, tujuan yang baik tidak membuat suatu tindakan itu baik jika objek tindakan itu buruk karena tujuan tidak menghalalkan sarana. Keadaan konteks dapat menambah atau mengurangi tanggung jawab seseorang yang melakukan tindakan, tetapi tidak dapat mengubah kualitas moral tindakan itu sendiri. Konteks tidak pernah dapat membuat suatu tindakan yang buruk pada dirinya sendiri menjadi baik.

6. Apakah ada tindakan yang selalu tidak halal?

Ada tindakan-tindakan tertentu yang selalu tidak halal pada dirinya sendiri karena objeknya (misalnya, menghujat Allah, pembunuhan manusia, perzinaan). Memilih tindakan-tindakan tersebut menyebabkan kekacauan kehendak. Suatu keburukan moral tidak pernah dapat dibenarkan dengan menunjuk kepada akibat baik yang mungkin dapat muncul darinya. (Sumber: Stipendium Katolik) #fs#