Jumat, 10 Juli 2015

KEBEBASAN HAKIKI DARI ALLAH

Apakah kebebasan itu?

Kebebasan adalah kemampuan yang diberikan Allah untuk bertindak atau tidak bertindak, untuk melakukan ini atau itu, dan dengan demikian melaksanakan tindakan yang sudah dipertimbangkan dan atas tanggung jawab sendiri. Kebebasan merupakan ciri tindakan manusia. Semakin seseorang itu melakukan yang baik, semakin bebaslah dia. Kebebasan mencapai kesempurnaannya jika diarahkan kepada Allah, Kebaikan tertinggi dan Kebahagiaan kita. Kebebasan juga berarti kemungkinan untuk memilih antara yang baik dan yang jahat. Pilihan akan yang jahat merupa-kan penyalahgunaan kebebasan dan akan berujung pada perbudakan dosa.

1. Apa hubungan antara kebebasan dan tanggung jawab?

Kebebasan membuat orang bertanggung jawab terhadap tindakannya sejauh tindakan itu dikehendaki, bahkan walaupun kesalahan  dan tanggung jawab dari suatu tindakan dapat berkurang atau kadang-kadang malah ditiadakan karena ketidaktahuan, kelalaian, paksaan dengan kekerasan, ketakutan, kelekatan yang tidak teratur, atau kebiasaan.

2. Mengapa setiap orang mempunyai hak untuk melaksanakan kebebasannya?

Melaksanakan kebebasan adalah hak setiap orang karena kebebasan itu tidak terpisahkan dari martabatnya sebagai pribadi manusia. Karena itu, hak ini harus selalu dihormati, khususnya yang menyangkut hal-hal moral dan religius, dan kebebasan ini harus diakui dan dilindungi oleh otoritas sipil dalam batas-batas kebaikan umum dan tatanan publik yang adil.

3. Di mana tempat kebebasan manusia dalam rencana keselamatan?

Kebebasan kita menjadi lemah karena dosa asal. Kelemahan ini menjadi lebih berat lagi karena dosa-dosa yang dilakukan sesudahnya. Tetapi, Kristus membebaskan kita ”supaya kita sungguh-sungguh merdeka” (Gal 5:1). Berkat rahmat-Nya, Roh Kudus membimbing kita ke arah kebebasan spiritual untuk menjadikan kita teman sekerja dengan-Nya dalam Gereja dan dunia.

4. Apa sumber-sumber moralitas tindakan manusia?

Moralitas tindakan manusia tergantung dari tiga sumber: objek yang dipilih, apakah berupa kebaikan sejati atau semu, intensi dari subjek yang melakukan tindakan, yaitu tujuan yang dimaksud oleh subjek dalam melaksanakan tindakannya, dan konteks yang berkenaan dengan tindakan itu, termasuk juga kon-sekuensinya.

5. Kapan suatu tindakan itu baik secara moral?

Suatu tindakan itu baik secara moral jika mencakup sekaligus kebaikan dari objek, tujuan, dan konteksnya. Objek yang dipilih dapat menyebabkan tindakan itu buruk seluruhnya (secara moral), bahkan walaupun intensinya baik. Tidaklah bisa dibenarkan melakukan suatu kejahatan agar kebaikan dapat muncul darinya. Tujuan yang jahat merusak tindakan, bahkan walaupun objeknya itu baik pada dirinya sendiri. Di lain pihak, tujuan yang baik tidak membuat suatu tindakan itu baik jika objek tindakan itu buruk karena tujuan tidak menghalalkan sarana. Keadaan konteks dapat menambah atau mengurangi tanggung jawab seseorang yang melakukan tindakan, tetapi tidak dapat mengubah kualitas moral tindakan itu sendiri. Konteks tidak pernah dapat membuat suatu tindakan yang buruk pada dirinya sendiri menjadi baik.

6. Apakah ada tindakan yang selalu tidak halal?

Ada tindakan-tindakan tertentu yang selalu tidak halal pada dirinya sendiri karena objeknya (misalnya, menghujat Allah, pembunuhan manusia, perzinaan). Memilih tindakan-tindakan tersebut menyebabkan kekacauan kehendak. Suatu keburukan moral tidak pernah dapat dibenarkan dengan menunjuk kepada akibat baik yang mungkin dapat muncul darinya. (Sumber: Stipendium Katolik) #fs#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

hebat semuanya